Tuesday, September 9, 2008

tulisan pertama di blog

Untuk pertama kalinya saya menulis di blog. Jadi tergoda karena seorang teman rajin banget menulis di blog, dan berharap tulisan ini sedikit bisa memberi dampak baik bagi yang membaca =)
Sedikit perkenalan, saya Nirmala, cewek berusia 23 tahun. Lulus dari Fakultas Psikologi dan mencoba menuliskan hal-hal yang menginspirasi saya untuk menulis. Happy reading...

2 hari yang lalu, saya dan beberapa teman baru mengadakan acara Kebaktian Raya di gereja. Isinya tentang bagaimana seorang pemuda Kristen dapat menjadi terang dalam lingkungannya, dapat membawa pengaruh baik, dan membawa kasih. Acara berjalan dengan lancar. Apa yang kami inginkan dapat tercapai.

Ironisnya, tadi pagi saya mendapat kabar bahwa salah satu orang yang saya kenal, punya hubungan yang cukup dekat dengan saya, mencoba bunuh diri semalam. Dia, sebut saja namanya M, mencoba minum cairan pembunuh serangga. Lucky him, sebelum sempat minum, mamanya melihat kejadian tersebut dan sempat mencegah.
M, seorang pria, masih muda, berusia sekitar 25 tahun saat ini. Telah menikah dan mempunyai seorang anak laki-laki. Perjalanan hidupnya memang tampak tidak menyenangkan. Dia menikah karena pasangannya hamil di luar nikah, dan sepengetahuan saya, saat ini dia terjerat narkoba. Tapi, saya tidak tahu, apa yang menyebabkan ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.

Percobaan bunuh dirinya banyak mengganggu pikiran saya.
Pertama, saya baru saja mengadakan acara mengenai bagaimana saya, sebagai bagian dari pemuda kristen, dapat membawa kasih dan pengaruh baik bagi lingkungan. Kenyataannya, masih ada, bahkan mungkin banyak, orang di sekitar saya yang tidak merasakan dampak apapun dari saya. Lebih tepatnya, saya tidak berhasil membawa pengaruh baik. Saya telah banyak merasakan kasih Tuhan, di dalam hati saya, saya juga ingin orang lain merasakan kasih itu. tapi apa yang telah saya lakukan? Nihil. Saya sibuk dengan pertumbuhan iman saya sendiri, saya asyik dengan teman-teman saya yang juga bahagia karena merasakan kasih Tuhan. Akhirnya, saya melupakan orang lain, termasuk orang-orang terdekat saya. Saya tahu ia terjerat narkoba, tapi tidak berusaha mendekatinya. Saya tahu bahwa dia mencari kedamaian sejati, tapi tidak mengenalkan kasih Tuhan padanya. Saya dihalangi oleh rasa takut, hingga kemudian menjadi apatis. Merasa bodoh, merasa tidak berguna, merasa hanya mampu bicara tanpa berbuat. Bahkan, sampai saat dimana saya menulis blog ini, saya masih tidak tahu apa yang dapat saya lakukan bagi M. Saya begitu merasa bersalah karena berusaha menjadikan orang lain sebagai "generation of light", tetapi saya sendiri tidak mampu melakukannya. Apa gunanya hidup ini kalau hanya diisi untuk kepentingan diri sendiri dan tidak menjadi perpanjangan tangan Tuhan bagi sesama?

Kedua, hidup yang kita hadapi, hari esok yang akan kita hadapi, tergantung pada jalan yang kita pilih hari ini. Ketika kecil, saya cukup akrab dengan M. Saya melihatnya sebagai anak yang cerdas dan menyenangkan. Memang menyimpan aura pemberontak di dalamnya, tapi tidak terbayang bahwa hidupnya akan menjadi seperti ini. kedua orangtuanya dan kakaknya begitu menyayangi dia. Keadaan ekonominya juga tidak sulit. Pilihan dia sendiri yang menyebabkan dia menjadi seperti ini. Saya mencoba menyelami, ketika dia memutuskan untuk bunuh diri, apa yang ada dalam pikirannya? Apa dia membayangkan bagaimana hidup anaknya kelak? Hidup istrinya? Pengorbanan kedua orangtuanya bagi dia selama ini?
Apa yang membuat dia memilih untuk mati dibanding hidup?
Ternyata hidup memang terlalu menakutkan bagi sebagian orang. Kebahagiaan tampak terlalu jauh bagi sebagian orang. Padahal, seperti kata pepatah, kebahagiaan itu adalah pilihan. Masalah boleh datang bertubi-tubi dalam hidup manusia, tapi, kita sendiri yang memutuskan apakah ingin tetap bahagia walau tertimpa banyak masalah, atau terdiam dan menangisi hidup.

Teman, kalau kalian bisa merasa sedikit kebahagiaan saat ini, jangan lupa membagikan kebahagiaan itu pada orang lain. Kasihi orang lain seperti kita mengasihi diri sendiri. Jangan sampai menyesal karena kehilangan kesempatan untuk mengasihi orang lain.
Kalau kalian merasa hidup begitu menyebalkan, tidak adil, dan berat. Pilihlah untuk tetap bahagia. Berpikirlah secara positif. Coba untuk tetap tersenyum. Kalian tidak sendiri. Minimal saya, akan mencoba berdoa untuk setiap orang yang sedang bersedih.

GBU